Thursday, August 8, 2019

ADMINISTRASI BISNIS

 

Pelaku usaha yang berpengalaman pasti tahu betapa pentingnya administrasi. Itulah sebabnya ada jurusan kuliah yang disebut Administrasi Bisnis, karena memang urusan yang satu ini tidak bisa diabaikan.

 

Bahkan dalam beberapa buku disebutkan salah satu faktor yang menyebabkan kegagalan dalam berbisnis apabila seorang pengusaha tidak peduli dengan urusan administrasi. Sampai-sampai sebuah teori mengatakan,

 

"Apakah sebuah bisnis mengalami kemajuan atau kemunduran, urusan administrasinya tetap saja akan bertambah."

 

Kalau dicermati memang demikian adanya. Hingga perusahaan yang gulung tikar pun masih harus menyelesaikan beberapa laporan administrasi sebagai pertanggungjawaban kepada pemilik modal atau kepada negara.

 

Ketika membaca teori bisnis tersebut, bukankah mengingatkan kita juga pada administrasi amal perbuatan kita yang dicatat dengan sangat detail oleh malaikat pencatat amal.

 

إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ. مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

 

"Yaitu ketika kedua malaikat mencatat amal perbuatannya, satu duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.Tiada satu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir."

 

(Surat Qaf : 17-18)

 

Berarti setiap muslim harus bersungguh-sungguh memperhatikan urusan ini. Tidak seharusnya hal penting ini abaikan.

 

Bukan tidak mungkin seseorang akan gagal meraih surga-Nya apabila tidak peduli dengan kehadiran para malaikat yang selalu mengawasi.

 

"Apakah usiamu digunakan untuk taat atau maksiat, catatan amal perbuatanmu tetap saja akan bertambah."

 

Demikianlah teori yang mudah diingat tentang amal perbuatan ini. Saat usia seseorang dimanfaatkan untuk ketaatan, maka catatan yang bertambah tentang amal baiknya.

 

Sebaliknya jika perjalanan usia itu digunakan untuk kemaksiatan, maka catatan yang bertambah tentang amal buruknya.

 

Maka bijaksanalah dalam mengelola umur yang terus berjalan ini. Setelah kita menutup mata kelak, maka administrasi dari amal perbuatan itu akan dilaporkan sebagai pertanggungjawaban kepada Allah.

 

Salam Hijrah.

 

Baca Juga :

Gajah dan Unta 

Tetaplah berada di dalam kapal 

Teruslah membatik wahai saudaraku 

Wednesday, August 7, 2019

JANGAN MENGISOLASI DIRI KITA SENDIRI



Pulau Sentinel yang berada di tengah laut India mendapat predikat sebagai pulau paling terisolasi di dunia. Penduduk asli pulau ini adalah suku primitif yang tidak mengenal pakaian, tidak bisa baca dan tulis, bahkan tidak tahu agama.

 

Ahli antropologi memperkirakan cara hidup mereka tak ada yang berubah sejak ribuan tahun lalu hingga hari ini. Pemerintah India sudah banyak berusaha datang ke pulau ini, namun mereka selalu melayangkan panah dan tombak kepada siapapun orang asing yang berusaha mendekat.

 

Hingga akhirnya pemerintah mengeluarkan larangan untuk mendekati pulau ini demi keselamatan bersama, dan menetapkan sebagai cagar budaya yang dilindungi.

 

Keberadaan mereka adalah bukti yang nyata bahwa setiap orang dipengaruhi oleh lingkungan yang membentuk kebiasaan. Karena hakikatnya mereka adalah manusia yang sama seperti kita. Lahir dengan seluruh anggota tubuh yang sempurna, dan akal yang dapat berpikir.

 

Hanya saja mereka tinggal di lingkungan yang berbeda. Sejak kecil diajarkan menyalakan api dengan menggesek batu, memburu hewan di hutan sebagai makanan, dan berbagai kebiasaan lainnya. Maka jadilah mereka seperti sekarang.

 

Di lain pihak, lingkungan kita mendidik tentang cara berpakaian, bersekolah, berbudaya, dan seluruh kebiasaan yang sama sekali berbeda dengan mereka. Maka beginilah kita sekarang.

 

Jadi, setiap manusia pasti bisa menjadi lebih baik, tergantung kebiasaan yang kita lakukan. Dan tentu saja kebiasaan juga bisa diubah, tergantung kemauan kita.

 

أَنَّ رَجُلاً أَكَلَ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِشِمَالِهِ فَقَالَ « كُلْ بِيَمِينِكَ ». قَالَ لاَ أَسْتَطِيعُ قَالَ « لاَ اسْتَطَعْتَ ». مَا مَنَعَهُ إِلاَّ الْكِبْرُ. قَالَ فَمَا رَفَعَهَا إِلَى فِيهِ.

 

Seorang lelaki makan dengan tangan kirinya, lalu Rasulullah bersabda, "Makanlah dengan tangan kananmu!"

 

Dia menjawab, "Aku tidak bisa."

 

Nabi bersabda, "Kalau begitu kamu tak akan pernah bisa."

 

Sebenarnya lelaki itu hanya tidak mau menuruti Rasul saja. Setelah itu tangannya tidak bisa sampai ke mulutnya.

 

(Hadist Riwayat Muslim)

 

Seandainya sebuah kebiasaan itu tak dapat diubah, tentu Rasulullah tidak akan memerintahkan lelaki tersebut untuk mengubahnya. Kuncinya adalah mau atau tidak.

 

Penduduk Finlandia mau mengubah kebiasaan membaca mereka, sehingga saat ini menduduki peringkat pertama sebagai negara paling gemar membaca.

 

Masyarakat Swiss mau terbiasa untuk tepat waktu. Bagi mereka, kebiasaan terlambat saat berjanji dengan seseorang, menunjukkan kita tidak menghormati orang lain. Itulah sebabnya ada idiom yang berbunyi, like a Swiss watch, untuk sesuatu yang benar-benar tepat pada waktunya.

 

Kita semua bisa menjadi lebih baik. Kuncinya adalah kemauan. Saat kita tidak mau mengubah diri sendiri, maka sampai ribuan tahun pun diri ini tak akan berubah, seperti suku asli Pulau Sentinel.

 

Salam Hijrah.

 

Baca Juga :

 

Gajah dan Unta 

Karakter Ilmu

Kegelapan yang datang kepadamu

Teruslah membatik wahai saudaraku

Monday, August 5, 2019

TUJUAN PENCIPTAAN




"Ente jangan sembarangan ngomong Din!" Mada bersuara cukup tinggi dengan si Didin yang baru saja menyampaikan sesuatu kepadanya.

 

Midun yang kebetulan datang jadi penasaran, "Ada apaan sih?"

 

"Ini barusan Didin bilang, katanya manusia itu diciptakan Allah untuk bahagia."

 

"Bukan kata ane Bang, kata guru ane!" Didin menyela.

 

"Mau kata siapapun juga mana ada teori kaya gitu? Ayatnya kan jelas, Allah menciptakan jin dan manusia untuk beribadah.. Tuh! Untuk beribadah bukan untuk bahagia."

 

"Udah daripada ribut, mending kita cari jawabannye sama Engkong Haji. Biar clear nih semua." Midun berusaha menjadi penengah.

 

Singkat cerita, mereka bertiga sudah ceritakan duduk permasalahannya dengan Engkong Haji setelah salat Zuhur di musala.

 

"Engkong mau tanya sama ente, Mada. Seandainya ente lihat anak kecil lagi di jalan mau berangkat menuju sekolah, terus ente tanya kenapa dia ke sekolah? Terus dia bilang karena mau belajar di kelas sama pak guru. Kira-kira tuh jawaban bener gak?"

 

"Ya bener, Kong. Sekolah emang tempat belajar."

 

"Nah sekarang ente nih, Midun. Kalau ada anak laen sama juga mau berangkat sekolah, terus ente tanya pertanyaan yang sama juga, terus dia bilang karena pengen jadi anak pintar. Benar apa salah nih jawaban?"

 

"Bener lah Kong. Di mana-mana orang sekolah biar pinter."

 

"Nah jadi dua-duanya jawaban bener kan? Cuma bedanya yang pertama bicara tentang proses dan yang kedua bicara tentang hasil. Orang sekolah emang mau belajar, nah gara-gara belajar itu jadi pinter. Jadi kaga salah kalau dia ngomong berangkat sekolah biar pinter."

 

Mada dan Midun bertatap-tatapan. Kemudian saling mengangguk-angguk pelan. Entah karena sudah mengerti atau masih mencoba mengerti. Engkong Haji pun melanjutkan lagi,

 

"Sekarang kita masuk sama kasusnye Didin! Manusia diciptakan Allah untuk beribadah. Emang bener jawaban begini. Ada dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56," Engkong jeda sejenak.

 

"Nah ibadah itu kan proses. Setelah proses dijalankan, apa hasilnya? Gak laen dan gak bukan, yaitu kebahagiaan! Islam ini diturunkan tujuannye bikin kita bahagia. Al-Quran jadi pedoman tujuannye agar kita bahagia. Jadi kaga salah kalau dibilang manusia diciptakan Allah untuk berbahagia."

 

Mada dan Midun mengerti sekarang. Didin pun seharusnya bisa merasa menang, tapi ia justru terima kasih karena ikut dapat ilmu baru juga pada hari itu. Engkong Haji menutup dengan membawakan ayat lain, yaitu An-Nahl ayat 97.

 

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً

 

"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang berbahagia."

 

Benarlah rupanya keberadaan kita di dunia ini untuk berbahagia. Karena sejatinya Allah tidak membutuhkan ibadah hamba-Nya. Allah Maha Besar lagi Maha Mulia. Semua ibadah yang dikerjakan oleh hamba sungguh manfaatnya akan kembali kepada mereka lagi, berupa kebahagiaan.

 

Salam Hijrah.

 

Baca Juga :

Karakter Ilmu 

Kecerdasan Komunikasi 

Kekuatan Pikiran