Thursday, August 8, 2019
Wednesday, August 7, 2019
JANGAN MENGISOLASI DIRI KITA SENDIRI
Pulau Sentinel yang berada di tengah laut India mendapat predikat sebagai pulau paling terisolasi di dunia. Penduduk asli pulau ini adalah suku primitif yang tidak mengenal pakaian, tidak bisa baca dan tulis, bahkan tidak tahu agama.
Ahli antropologi memperkirakan cara hidup mereka tak ada yang berubah sejak ribuan tahun lalu hingga hari ini. Pemerintah India sudah banyak berusaha datang ke pulau ini, namun mereka selalu melayangkan panah dan tombak kepada siapapun orang asing yang berusaha mendekat.
Hingga akhirnya pemerintah mengeluarkan larangan untuk mendekati pulau ini demi keselamatan bersama, dan menetapkan sebagai cagar budaya yang dilindungi.
Keberadaan mereka adalah bukti yang nyata bahwa setiap orang dipengaruhi oleh lingkungan yang membentuk kebiasaan. Karena hakikatnya mereka adalah manusia yang sama seperti kita. Lahir dengan seluruh anggota tubuh yang sempurna, dan akal yang dapat berpikir.
Hanya saja mereka tinggal di lingkungan yang berbeda. Sejak kecil diajarkan menyalakan api dengan menggesek batu, memburu hewan di hutan sebagai makanan, dan berbagai kebiasaan lainnya. Maka jadilah mereka seperti sekarang.
Di lain pihak, lingkungan kita mendidik tentang cara berpakaian, bersekolah, berbudaya, dan seluruh kebiasaan yang sama sekali berbeda dengan mereka. Maka beginilah kita sekarang.
Jadi, setiap manusia pasti bisa menjadi lebih baik, tergantung kebiasaan yang kita lakukan. Dan tentu saja kebiasaan juga bisa diubah, tergantung kemauan kita.
أَنَّ رَجُلاً أَكَلَ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِشِمَالِهِ فَقَالَ « كُلْ بِيَمِينِكَ ». قَالَ لاَ أَسْتَطِيعُ قَالَ « لاَ اسْتَطَعْتَ ». مَا مَنَعَهُ إِلاَّ الْكِبْرُ. قَالَ فَمَا رَفَعَهَا إِلَى فِيهِ.
Seorang lelaki makan dengan tangan kirinya, lalu Rasulullah bersabda, "Makanlah dengan tangan kananmu!"
Dia menjawab, "Aku tidak bisa."
Nabi bersabda, "Kalau begitu kamu tak akan pernah bisa."
Sebenarnya lelaki itu hanya tidak mau menuruti Rasul saja. Setelah itu tangannya tidak bisa sampai ke mulutnya.
(Hadist Riwayat Muslim)
Seandainya sebuah kebiasaan itu tak dapat diubah, tentu Rasulullah tidak akan memerintahkan lelaki tersebut untuk mengubahnya. Kuncinya adalah mau atau tidak.
Penduduk Finlandia mau mengubah kebiasaan membaca mereka, sehingga saat ini menduduki peringkat pertama sebagai negara paling gemar membaca.
Masyarakat Swiss mau terbiasa untuk tepat waktu. Bagi mereka, kebiasaan terlambat saat berjanji dengan seseorang, menunjukkan kita tidak menghormati orang lain. Itulah sebabnya ada idiom yang berbunyi, like a Swiss watch, untuk sesuatu yang benar-benar tepat pada waktunya.
Kita semua bisa menjadi lebih baik. Kuncinya adalah kemauan. Saat kita tidak mau mengubah diri sendiri, maka sampai ribuan tahun pun diri ini tak akan berubah, seperti suku asli Pulau Sentinel.
Salam Hijrah.
Baca Juga :
Gajah dan Unta
Karakter Ilmu
Kegelapan yang datang kepadamu
Teruslah membatik wahai saudaraku
Monday, August 5, 2019
TUJUAN PENCIPTAAN
"Ente jangan sembarangan ngomong Din!" Mada bersuara cukup tinggi dengan si Didin yang baru saja menyampaikan sesuatu kepadanya.
Midun yang kebetulan datang jadi penasaran, "Ada apaan sih?"
"Ini barusan Didin bilang, katanya manusia itu diciptakan Allah untuk bahagia."
"Bukan kata ane Bang, kata guru ane!" Didin menyela.
"Mau kata siapapun juga mana ada teori kaya gitu? Ayatnya kan jelas, Allah menciptakan jin dan manusia untuk beribadah.. Tuh! Untuk beribadah bukan untuk bahagia."
"Udah daripada ribut, mending kita cari jawabannye sama Engkong Haji. Biar clear nih semua." Midun berusaha menjadi penengah.
Singkat cerita, mereka bertiga sudah ceritakan duduk permasalahannya dengan Engkong Haji setelah salat Zuhur di musala.
"Engkong mau tanya sama ente, Mada. Seandainya ente lihat anak kecil lagi di jalan mau berangkat menuju sekolah, terus ente tanya kenapa dia ke sekolah? Terus dia bilang karena mau belajar di kelas sama pak guru. Kira-kira tuh jawaban bener gak?"
"Ya bener, Kong. Sekolah emang tempat belajar."
"Nah sekarang ente nih, Midun. Kalau ada anak laen sama juga mau berangkat sekolah, terus ente tanya pertanyaan yang sama juga, terus dia bilang karena pengen jadi anak pintar. Benar apa salah nih jawaban?"
"Bener lah Kong. Di mana-mana orang sekolah biar pinter."
"Nah jadi dua-duanya jawaban bener kan? Cuma bedanya yang pertama bicara tentang proses dan yang kedua bicara tentang hasil. Orang sekolah emang mau belajar, nah gara-gara belajar itu jadi pinter. Jadi kaga salah kalau dia ngomong berangkat sekolah biar pinter."
Mada dan Midun bertatap-tatapan. Kemudian saling mengangguk-angguk pelan. Entah karena sudah mengerti atau masih mencoba mengerti. Engkong Haji pun melanjutkan lagi,
"Sekarang kita masuk sama kasusnye Didin! Manusia diciptakan Allah untuk beribadah. Emang bener jawaban begini. Ada dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56," Engkong jeda sejenak.
"Nah ibadah itu kan proses. Setelah proses dijalankan, apa hasilnya? Gak laen dan gak bukan, yaitu kebahagiaan! Islam ini diturunkan tujuannye bikin kita bahagia. Al-Quran jadi pedoman tujuannye agar kita bahagia. Jadi kaga salah kalau dibilang manusia diciptakan Allah untuk berbahagia."
Mada dan Midun mengerti sekarang. Didin pun seharusnya bisa merasa menang, tapi ia justru terima kasih karena ikut dapat ilmu baru juga pada hari itu. Engkong Haji menutup dengan membawakan ayat lain, yaitu An-Nahl ayat 97.
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً
"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang berbahagia."
Benarlah rupanya keberadaan kita di dunia ini untuk berbahagia. Karena sejatinya Allah tidak membutuhkan ibadah hamba-Nya. Allah Maha Besar lagi Maha Mulia. Semua ibadah yang dikerjakan oleh hamba sungguh manfaatnya akan kembali kepada mereka lagi, berupa kebahagiaan.
Salam Hijrah.
Baca Juga :
Karakter Ilmu
Kecerdasan Komunikasi
Kekuatan Pikiran
Subscribe to:
Posts (Atom)