Monday, August 5, 2019

TUJUAN PENCIPTAAN




"Ente jangan sembarangan ngomong Din!" Mada bersuara cukup tinggi dengan si Didin yang baru saja menyampaikan sesuatu kepadanya.

 

Midun yang kebetulan datang jadi penasaran, "Ada apaan sih?"

 

"Ini barusan Didin bilang, katanya manusia itu diciptakan Allah untuk bahagia."

 

"Bukan kata ane Bang, kata guru ane!" Didin menyela.

 

"Mau kata siapapun juga mana ada teori kaya gitu? Ayatnya kan jelas, Allah menciptakan jin dan manusia untuk beribadah.. Tuh! Untuk beribadah bukan untuk bahagia."

 

"Udah daripada ribut, mending kita cari jawabannye sama Engkong Haji. Biar clear nih semua." Midun berusaha menjadi penengah.

 

Singkat cerita, mereka bertiga sudah ceritakan duduk permasalahannya dengan Engkong Haji setelah salat Zuhur di musala.

 

"Engkong mau tanya sama ente, Mada. Seandainya ente lihat anak kecil lagi di jalan mau berangkat menuju sekolah, terus ente tanya kenapa dia ke sekolah? Terus dia bilang karena mau belajar di kelas sama pak guru. Kira-kira tuh jawaban bener gak?"

 

"Ya bener, Kong. Sekolah emang tempat belajar."

 

"Nah sekarang ente nih, Midun. Kalau ada anak laen sama juga mau berangkat sekolah, terus ente tanya pertanyaan yang sama juga, terus dia bilang karena pengen jadi anak pintar. Benar apa salah nih jawaban?"

 

"Bener lah Kong. Di mana-mana orang sekolah biar pinter."

 

"Nah jadi dua-duanya jawaban bener kan? Cuma bedanya yang pertama bicara tentang proses dan yang kedua bicara tentang hasil. Orang sekolah emang mau belajar, nah gara-gara belajar itu jadi pinter. Jadi kaga salah kalau dia ngomong berangkat sekolah biar pinter."

 

Mada dan Midun bertatap-tatapan. Kemudian saling mengangguk-angguk pelan. Entah karena sudah mengerti atau masih mencoba mengerti. Engkong Haji pun melanjutkan lagi,

 

"Sekarang kita masuk sama kasusnye Didin! Manusia diciptakan Allah untuk beribadah. Emang bener jawaban begini. Ada dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56," Engkong jeda sejenak.

 

"Nah ibadah itu kan proses. Setelah proses dijalankan, apa hasilnya? Gak laen dan gak bukan, yaitu kebahagiaan! Islam ini diturunkan tujuannye bikin kita bahagia. Al-Quran jadi pedoman tujuannye agar kita bahagia. Jadi kaga salah kalau dibilang manusia diciptakan Allah untuk berbahagia."

 

Mada dan Midun mengerti sekarang. Didin pun seharusnya bisa merasa menang, tapi ia justru terima kasih karena ikut dapat ilmu baru juga pada hari itu. Engkong Haji menutup dengan membawakan ayat lain, yaitu An-Nahl ayat 97.

 

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً

 

"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang berbahagia."

 

Benarlah rupanya keberadaan kita di dunia ini untuk berbahagia. Karena sejatinya Allah tidak membutuhkan ibadah hamba-Nya. Allah Maha Besar lagi Maha Mulia. Semua ibadah yang dikerjakan oleh hamba sungguh manfaatnya akan kembali kepada mereka lagi, berupa kebahagiaan.

 

Salam Hijrah.

 

Baca Juga :

Karakter Ilmu 

Kecerdasan Komunikasi 

Kekuatan Pikiran 

No comments:

Post a Comment