
Pada majlis
Subuh inilah kesempatan pertama Rasulullah kumpul bersama seluruh sahabatnya.
Di sini Nabi berbincang dengan penuh keakraban.
Beliau akan
bertanya bagaimana para sahabatnya melalui satu hari kemarin? Adakah kiranya
yang mau berbagi cerita? Maka Rasulullah akan dengan senang hati mendengarkan.
Atau Nabi akan
bertanya tentang keadaan tidur para sahabat. Adakah kiranya yang bermimpi
sesuatu, lalu Nabi akan memberi petunjuk tentang arti mimpi tersebut, jika
memang hal itu merupakan jenis mimpi yang datang dari Allah.
Nabi juga
mengamati dengan cermat adakah pagi itu seorang sahabatnya yang tidak ikut
shalat Subuh berjamaah? Maka ditanyakanlah tetangganya yang mengetahui
kabarnya. Jika sahabat tersebut sakit, Nabi akan menjenguk pada hari itu.
Majlis
tersebut benar-benar indah. Bagaimana akhlak Rasulullah yang elok dan sejuk
tampak benar di depan mata para sahabat setiap hari. Majlis tersebut penuh
cinta, kekeluargaan, keceriaan, dan berlangsung dengan santun hingga matahari
terbit.
Selanjutnya,
para sahabat akan berkumpul kembali di masjid setelah shalat Dhuha. Suasananya
persis seperti majlis di pagi hari, hanya saja di sini Rasulullah mengajarkan
berbagai macam aturan syariat.
Majlis kedua
ini dinamakan Majlis Dhuha. Jika ada ayat yang baru diterima, maka Rasulullah
menerangkannya pada kesempatan tersebut. Jika ada hukum-hukum yang baru
diperintahkan oleh Allah, pun diutarakan di sini. Intinya majlis tersebut
adalah majlis ilmu.
Dari kedua
rutinitas di atas, perhatikanlah bahwa Rasulullah mengutamakan akhlak dan adab
di pagi hari, sebelum Beliau menyampaikan ilmu di siang hari. Karena adab
memang lebih dulu sebelum ilmu.
Nabi tidak
terburu-buru ingin memberi pendidikan kepada para sahabat sepagi mungkin,
melainkan justru Beliau manfaatkan waktu pagi itu dengan akhlaknya yang terpuji
untuk memberi kebahagiaan pada sahabatnya. Karena adab memang lebih dulu
sebelum ilmu.
Oleh karena
itu sebagai umatnya kita harus mengikuti jejak keteladanan ini. Hiasi diri kita
dengan akhlak yang terpuji. Ramah dan santun pada semua orang. Berbaik sangka
dan saling memuliakan pada saudara sesama muslim.
Tidak jarang
seseorang yang semangat sekali mempelajari ilmu, tetapi lambat laun ia mulai
memandang orang lain dengan pandangan merendahkan.
Semakin lama
senyumnya hilang kepada saudaranya hanya karena tidak berasal dari kelompoknya.
Aduhai, seandainya ia mengutamakan adab dahulu sebelum ilmu tentu tidaklah
demikian jadinya.
بِحَسْبِ
امْرِئٍ
مِنَ
الشَّرِّ
أَنْ
يَحْقِرَ
أَخَاهُ
الْمُسْلِمَ
“Cukuplah
seseorang dalam keburukan jika dia merendahkan saudaranya sesama muslim.”
(Hadist
Riwayat Muslim)
Tak peduli
seberapa banyak ilmu yang kita hafal, apabila mata ini masih suka melempar
pandangan meremehkan kepada orang lain, jangan-jangan kita termasuk golongan
yang disebut buruk oleh Nabi. Na'uzubillah.
Tetapi jika
setiap manusia kita hormati dengan akhlak yang sama, dan dipandang dengan
keramahan yang sama, meski kita baru saja memulai di jalan penuntut ilmu, insya
Allah kita sudah berada dalam keteladanan Rasulullah.
Salam Hijrah.
Ustadz Arafat
Baca Juga Artikel :
Adab Kepada Suami Dan Istri
Yang Maha Bijaksana
Bakti Kepada Ayah Dan Ibu
No comments:
Post a Comment