Sunday, July 14, 2019

ATTENTION RESTORATION THEORY


Setiap hari Jumat pagi, sekelompok ibu-ibu PKK akan mendatangi rumah-rumah warga dan memeriksa bak mandi mereka apakah terpapar jentik nyamuk atau tidak. Termasuk rumah saya juga.

Kegiatan ini sudah bertahun-tahun dilaksanakan. Maklum, saya tinggal di kawasan pemukiman padat. Pencegahan demam berdarah penting dilakukan. Saya sendiri "terpaksa" menguras bak mandi setiap Kamis, agar saat pemeriksaan tersebut kondisi sudah bersih kembali.

Memang benar, bak mandi kita cepat sekali kotor dengan debu, jentik nyamuk, noda dan berbagai paparan lain. Idealnya dua kali seminggu kita lakukan restorasi sehingga jernih kembali. Minimal satu pekan sekali. Lebih dari itu bak mandi akan semakin keruh dan tidak baik untuk kesehatan.

Hal serupa juga terjadi pada pikiran. Tak heran karena fungsi keduanya juga sama. Bak mandi untuk menampung air, sedangkan pikiran untuk menampung ide. Maka ketahuilah pikiran juga bisa keruh. Pikiran juga perlu direstorasi.


Tahun 1980, sebuah buku berjudul The Experience of Nature memperkenalkan sebuah prinsip yang disebut Teori Restorasi Atensi. Menurut teori ini, semakin lama pikiran kita semakin tidak dapat berkonsentrasi dengan optimal.


Hal ini disebabkan berbagai paparan yang menyerbu kepala kita setiap hari. Suara musik, televisi, suara bising kendaraan, dan semacamnya. Apalagi setelah muncul era smartphone, kita semakin sulit untuk memberi perhatian.


Maka teori tersebut memberikan solusi salah satu cara merestorasi kembali perhatian kita adalah dengan menghabiskan waktu kembali kepada alam.


Attention restoration theory asserts that people can concentrate better after spending time in nature.


Berjalan kaki di sawah hijau, menikmati aliran sungai yang menggelegak di atas bebatuan, melihat awan biru, atau sekedar mendengar gemericik suara gerimis hujan. Semua hal ini mampu mengembalikan atensi kita.


Selain alam ciptaan Allah, masih banyak cara yang telah disiapkan bagi kita agar pikiran kembali jernih. Misalnya hadir di masjid. Karena di tempat ini tak ada kesibukan dunia, tidak pula pembicaraan  yang tidak baik.


Masjid adalah tempat orang-orang yang merindukan perjumpaan dengan Rabb mereka. Masjid adalah tempat berkumpulnya hati dalam keheningan.


Dan tentu saja membaca Al-Quran secara rutin juga menjadi sebab agar hati kita menjadi terang. Sebaliknya, mereka yang meninggalkan perhatian kepada Al-Quran lambat laun hatinya akan gelap dan terkunci. Tersebut dalam surat Muhammad ayat 24,


أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا


"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Quran ataukah hati mereka terkunci?"


Demikianlah betapa agama kita ternyata juga mengatur agar kita senantiasa memiliki perhatian penuh kepada aktivitas yang kita lakukan.


Tanamkan disiplin dalam diri sendiri untuk menguras pikiran dari berbagai paparan yang membuatnya keruh. Sebagaimana kita juga disiplin menguras bak mandi secara teratur.


Salam Hijrah. 

 

 

 

Baca juga Artikel :

- Teori Relativitas

- Motor Baru 

- Yang Muda Yang Istimewa 

 

No comments:

Post a Comment