Setiap hari Jumat pagi,
sekelompok ibu-ibu PKK akan mendatangi rumah-rumah warga dan memeriksa bak
mandi mereka apakah terpapar jentik nyamuk atau tidak. Termasuk rumah saya
juga.
Kegiatan ini sudah
bertahun-tahun dilaksanakan. Maklum, saya tinggal di kawasan pemukiman padat.
Pencegahan demam berdarah penting dilakukan. Saya sendiri "terpaksa"
menguras bak mandi setiap Kamis, agar saat pemeriksaan tersebut kondisi sudah bersih
kembali.
Memang benar, bak mandi
kita cepat sekali kotor dengan debu, jentik nyamuk, noda dan berbagai paparan
lain. Idealnya dua kali seminggu kita lakukan restorasi sehingga jernih
kembali. Minimal satu pekan sekali. Lebih dari itu bak mandi akan semakin keruh
dan tidak baik untuk kesehatan.
Hal serupa juga terjadi
pada pikiran. Tak heran karena fungsi keduanya juga sama. Bak mandi untuk
menampung air, sedangkan pikiran untuk menampung ide. Maka ketahuilah pikiran
juga bisa keruh. Pikiran juga perlu direstorasi.
Tahun 1980, sebuah buku
berjudul The Experience of Nature memperkenalkan sebuah prinsip yang disebut
Teori Restorasi Atensi. Menurut teori ini, semakin lama pikiran kita semakin
tidak dapat berkonsentrasi dengan optimal.
Hal ini disebabkan berbagai
paparan yang menyerbu kepala kita setiap hari. Suara musik, televisi, suara
bising kendaraan, dan semacamnya. Apalagi setelah muncul era smartphone, kita
semakin sulit untuk memberi perhatian.
Maka teori tersebut
memberikan solusi salah satu cara merestorasi kembali perhatian kita adalah
dengan menghabiskan waktu kembali kepada alam.
Attention restoration
theory asserts that people can concentrate better after spending time in
nature.
Berjalan kaki di sawah
hijau, menikmati aliran sungai yang menggelegak di atas bebatuan, melihat awan
biru, atau sekedar mendengar gemericik suara gerimis hujan. Semua hal ini mampu
mengembalikan atensi kita.
Selain alam ciptaan Allah,
masih banyak cara yang telah disiapkan bagi kita agar pikiran kembali jernih.
Misalnya hadir di masjid. Karena di tempat ini tak ada kesibukan dunia, tidak
pula pembicaraan yang tidak baik.
Masjid adalah tempat
orang-orang yang merindukan perjumpaan dengan Rabb mereka. Masjid adalah tempat
berkumpulnya hati dalam keheningan.
Dan tentu saja membaca
Al-Quran secara rutin juga menjadi sebab agar hati kita menjadi terang.
Sebaliknya, mereka yang meninggalkan perhatian kepada Al-Quran lambat laun
hatinya akan gelap dan terkunci. Tersebut dalam surat Muhammad ayat 24,
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
"Maka apakah mereka
tidak memperhatikan Al-Quran ataukah hati mereka terkunci?"
Demikianlah betapa agama
kita ternyata juga mengatur agar kita senantiasa memiliki perhatian penuh
kepada aktivitas yang kita lakukan.
Tanamkan disiplin dalam
diri sendiri untuk menguras pikiran dari berbagai paparan yang membuatnya
keruh. Sebagaimana kita juga disiplin menguras bak mandi secara teratur.
Salam Hijrah.
Baca juga Artikel :
No comments:
Post a Comment