Suatu hari ada teman saya meminta tolong untuk menyampaikan pesan kepada seseorang yang rumahnya di Jakarta. Teman saya itu tinggal di luar kota, jadi cukup kerepotan kalau harus datang sendiri.
Saya pun bersedia membantunya, maka ia memberikan alamat tinggal orang yang dituju tersebut. Saya lihat lokasinya juga tidak terlalu jauh dari tempat tinggal saya. Masih sama-sama Jakarta Timur juga.
Keesokan harinya saya mencari alamat itu, ternyata rumah yang dimaksud sangat besar. Saya sendiri sempat ragu, namun setelah memastikan berulang kali memang rumah mewah itu benar yang dimaksud.
Saya turun dari sepeda motor, menekan bel yang berada di pagar rumahnya yang tinggi dan kokoh. Beberapa mobil berjajar rapi di garasi rumahnya, meski tidak terlihat jelas karena pagar tersebut cukup rapat, nyaris tanpa celah.
Setelah beberapa kali bel ditekan, akhirnya seorang pembantu rumah tangga mendekati dan menanyakan keperluan saya. Ia berbicara dari dalam pagar. Saya mengatakan ingin bertemu pemilik rumah dan menyampaikan tujuan saya.
Lantas ia berkata bahwa majikannya sedang ke luar kota. Saya bertanya kapan beliau kembali, namun ia menjawab tidak tahu dan tidak pasti. Saya mengerti bahwa alasan tersebut adalah bahasa halus untuk menunjukkan si pemilik rumah hanya mau bertemu dengan kalangan tertentu saja.
Saya lantas menyampaikan pesan yang sudah diamanatkan, dan bergegas pamit kepadanya dari balik pagar.
Ketika diceritakan semua yang terjadi itu pada teman saya, ia hanya tertawa. Seolah ia sudah terbiasa dengan hal-hal semacam itu, dengan santainya ia katakan bahwa sebagian orang-orang kaya raya memang seperti itu.
Mereka tidak akan sudi bertemu sembarang orang, dan pintu rumahnya tak akan terbuka untuk menerima sembarang tamu.
Pengalaman ini terjadi belasan tahun silam, dan itulah pertama kalinya saya tahu bahwa setiap manusia punya sifat yang berbeda. Ada yang ramah dan menghargai semua orang, namun ada pula yang menjaga jarak dan menutup diri kepada sebagian orang.
Itulah momentum ketika saya begitu bersyukur memiliki Allah, Tuhan Yang Maha Kaya, karena Dia tidak pernah memilih-milih hamba. Siapa saja diberikan-Nya ampunan apabila hamba tersebut mau bertamu ke dalam pintu taubat.
Pintu ijabah pun senantiasa terbuka kapan saja asalkan hamba tersebut mau berdoa dan meminta kepada-Nya. Inilah nikmat yang sering sekali kita lupakan. Yaitu nikmat menjadi hamba.
إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
"Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik."
(Surat Al-A'raf: 56)
No comments:
Post a Comment