Wednesday, August 19, 2020

SIAPA BERBUAT AKAN MENDAPAT

 

Seringkali kita melihat hewan yang menolong sesamanya. Tak usah heran, karena hewan juga punya perasaan. Bahkan mereka juga sering menolong hewan lain dari jenis yang berbeda.

 

Termasuk sejenis tarantula yang satu ini, perbuatannya menolong hewan lain menarik perhatian para pemerhati Biologi. Tahu kan tarantula? Itu loh, sejenis laba-laba yang tubuhnya sebesar telapak tangan manusia, dan dipenuhi dengan bulu-bulu hingga ke sekujur kakinya.


 

Tarantula memangsa serangga. Namun pada spesies yang lebih besar, mereka bisa memangsa cicak, tikus atau katak. Tetapi uniknya jenis Tarantula Hitam Kolombia yang tinggal di hutan Amazon justru terbiasa berbaik hati mempersilakan katak untuk tinggal di dalam sarangnya.

 

Fenomena ini ditelusuri lebih lanjut oleh mereka yang menekuni bidang hewan. Setelah katak-katak itu diperbolehkan tinggal dalam sarangnya, apakah tarantula yang bersangkutan memperoleh manfaat juga?

 

Benar saja, rupanya kebaikan hati sang tarantula kembali kepada dirinya lagi. Karena katak tersebut di dalam sarangnya memangsa semut-semut yang hendak mengerubungi telur tarantula. Jadi dengan menolong katak, telur tarantula pun menjadi aman.

 

Siapa yang berbuat kebaikan, maka akan kembali kepada dirinya sendiri.

 

Prinsip ini tak hanya berlaku bagi hewan, justru yang lebih ditekankan lagi kepada manusia. Apa yang kita kerjakan, maka kembali kepada diri kita yang akan merasakannya. Tidak main-main, Allah mengulang hingga sembilan kali prinsip seperti ini dalam Al-Quran, dengan redaksi ayat yang berbeda-beda.

 

فَمَنْ أَبْصَرَ فَلِنَفْسِهِ

 

"Maka barangsiapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri." (Al-An'am : 104)

 

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ

 

"Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (manfaatnya) untuk dirinya sendiri." (Fushilat : 46)

 

وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ

 

"Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri." (An-Naml : 40)

 

وَمَنْ تَزَكَّىٰ فَإِنَّمَا يَتَزَكَّىٰ لِنَفْسِهِ

 

"Dan barangsiapa yang mensucikan dirinya, sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri." (Fatir : 18)

 

وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ

 

"Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri." (Al-Ankabut : 6)

 

مَنِ اهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ

 

"Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk dirinya sendiri." (Al-Isra : 15)

 

وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ

 

"Dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri." (Muhammad : 38)

 

فَمَنْ نَكَثَ فَإِنَّمَا يَنْكُثُ عَلَىٰ نَفْسِهِ

 

"Maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibatnya itu akan menimpa dirinya sendiri." (Al-Fath : 10)

 

وَمَنْ يَكْسِبْ إِثْمًا فَإِنَّمَا يَكْسِبُهُ عَلَىٰ نَفْسِهِ

 

"Barangsiapa yang mengerjakan dosa, maka sesungguhnya ia mengerjakannya untuk (kemudharatan) dirinya sendiri." (An-Nisa : 111)

 

Padahal jika Allah berfirman satu kali saja, niscaya sudah pastilah benar apa yang Allah janjikan. Adakah perkataan yang lebih benar dari firman Allah? Maka bagaimana halnya ketika Allah menekankannya hingga berulang-ulang. Terbuat dari apa hati kita ini kalau masih tidak percaya juga dengan janji-Nya tersebut.

 

Bahwa segala amal baik pasti akan kembali kepada diri kita sendiri manfaatnya. Jadi jangan banyak pertimbangan saat hendak beramal baik. Serta segala perbuatan tercela akan kembali pula kerugiannya kepada diri sendiri. Maka pertimbangkan lagi seribu kali jika hendak berbuat dosa.

 

Salam Hijrah.

 

Thursday, August 13, 2020

KEJARLAH SURGA HINGGA KE TELAPAK KAKINYA

 

Seorang sahabat meminta kepada saya sebuah tulisan tentang ibu, tepatnya berkaitan dengan hadist Rasulullah yang disebut Al-Imam As-Suyuthi dalam kitab Jami'us Shagir bahwa surga berada di bawah telapak kaki ibu.

 

الْجَنَّةُ تَحْتَ أقْدَامِ الْأُمَّهَاتِ

 

Alangkah luas sekali makna yang dapat kita petik saat Rasul mengabarkan seolah-olah surga itu terletak pada telapak kaki ibu. Artinya, bakti seorang anak harus sampai titik paling rendah kepada ibunya agar pantas diganjar surga.


 

Untuk gampang mengingatnya, bagaimana kalau kita andaikan anak itu seperti sepasang sandal bagi ibunya? Bukankah sandal memang berada di bawah telapak kaki?

 

Mari kita lihat bagaimana karakter dari sandal yang wajib kita tiru, untuk mendapatkan surga.

 

Pertama, sandal selalu terletak di bawah kaki. Semahal apapun harga sepasang sandal, tidak akan pernah diletakkan di atas kepala. Demikianlah sikap kita kepada ibu.

 

Meski kita telah sukses dan kaya raya bagaimanapun, tetap saja posisi kita harus merendahkan diri di bawah kakinya. Jangan sombong hanya karena harta berlimpah, lalu merasa lebih tinggi dari ibu.

 

Kedua, sandal tak pernah protes dipakai untuk situasi jalan yang bermacam-macam. Jalan kering nan bersih maupun jalan berlumpur nan kotor. Jalan rata yang nyaman maupun jalan berbatu yang tajam.

 

Artinya, bakti kepada ibu sepantasnya dalam berbagai situasi. Lapang maupun sempit, senang maupun sulit. Berapa banyak orang yang mengabdi kepada ibunya hanya untuk perkara mudah saja, namun saat ibunya meminta pengorbanan yang lebih besar, ia lari tunggang langgang.

 

Ketiga, sandal selalu sabar menunggu. Saat sandal dilepaskan di depan rumah, ia akan tetap berada di situ sampai pemiliknya membutuhkan lagi untuk keluar rumah. Tak ada yang lebih setia daripada sandal!

 

Demikianlah sejatinya sikap yang harus kita tunjukkan kepada ibu. Sabar dan setia. Sebagaimana dahulu ibu teramat sabar mengasuh kita ketika kecil dan begitu setia membesarkan kita.

 

Berharaplah agar ibu diberi umur panjang, karena kita menikmati setiap keringat yang tumpah dalam bakti kepadanya. Bukan berharap agar berbakti kepadanya segera selesai, karena kita sudah tidak tahan lagi dan begitu tersiksa dalam berbuat taat padanya.

 

Akhirnya, setiap kita memang hanya sepasang sandal bagi ibu kita masing-masing. Walaupun tidak mudah, tapi percayalah ibu selalu sayang kepada kita.

 

Coba lihat jika seseorang kehilangan sebelah sandalnya, ia tak akan rela jika digantikan sebelah sandalnya itu meski dengan yang lebih bagus. Ia hanya ingin sepasang sandal yang seperti semula, bukan yang saling berlainan.

 

Demikian pula ibu, meski tampak seolah tidak perhatian, sebenarnya itu hanya perasaan kita saja. Ibu tidak akan rela jika kita digantikan dengan anak yang lain. Ibu selalu sayang kepada kita.

 

Salam Hijrah.