Sunday, July 30, 2023

KITA PERLU BELAJAR DARI SEMUT

 

 

Alkisah tersebutlah satu kaum semut yang hidup di sebuah lembah di negeri Syam. Kediaman mereka sebenarnya berada di dalam sarang-sarang, namun para semut tersebut pada siang hari beraktivitas di sekitar lembah yang juga merupakan jalan yang biasa dilalui oleh manusia.

 

Hingga suatu hari, Nabi Sulaiman beserta pasukan berkudanya menuju kepada jalan di lembah tersebut. Seekor semut yang memiliki kemampuan melebihi teman-temannya yang lain, menyadari hal itu.


 

Ia lantas mengingatkan mereka agar segera pulang ke sarang masing-masing untuk menyelamatkan diri. Tafsir Ibnu Katsir menyebut, bahwa semut yang berbicara itu bernama Haras, dari Bani Syisan.

 

Para semut pun mengikuti anjuran tersebut meski sebenarnya mereka sendiri belum melihat langsung pasukan Sang Nabi karena masih berada di kejauhan. Kisah ini diabadikan dalam Surat An-Naml ayat 18.

 

حَتَّىٰٓ إِذَآ أَتَوْا۟ عَلَىٰ وَادِ ٱلنَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّمْلُ ٱدْخُلُوا۟ مَسَٰكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَٰنُ وَجُنُودُهُۥ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ

 

Hingga apabila mereka (pasukan Nabi Sulaiman) sampai di lembah semut berkatalah seekor semut, "Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari."

 

Demi mendengar seekor semut yang berbicara kepada teman-temannya untuk saling mengingatkan, Nabi Sulaiman pun tersenyum dan memuji Allah. Lalu ia menghentikan pasukannya agar memberi waktu bagi para semut untuk berlindung.

 

Kisah tersebut bukanlah dongeng anak-anak yang hanya imajinasi, melainkan nyata terjadi. Al-Quran merekam kisah itu untuk kita karena banyak sekali hikmah yang dapat kita petik darinya.

 

Pertama, tentang serangga kecil yang memiliki sifat saling percaya kepada temannya. Mereka tahu bahwa Haras yang memberi peringatan itu memang punya kelebihan pendengaran dibanding yang lain.

 

Tak seekor pun yang berlawanan pendapat dengan dia, karena memang para semut itu menyadari bahwa mereka tidak menguasai ilmunya melebihi Haras.

 

Kedua, tentang sekumpulan hewan yang mengambil langkah antisipasi. Meskipun bahaya masih jauh, mereka sudah sigap bergerak melakukan penyelamatan.

 

Para semut tahu, jika mereka baru bergerak saat pasukan berkuda itu sudah di depan mata, tentu tak bermanfaat lagi. Kaki-kaki kekar dari barisan kuda pastilah akan menginjak-injak mereka karena terlambat untuk bertindak.

 

Ketiga, tentang mahluk Allah yang mengetahui kapasitas dirinya hanya sebagai seekor semut. Ketika pasukan berkuda mendekati, mereka tahu bahwa bersembunyi di sarang adalah ikhtiar terbaik untuk menyelamatkan diri.

 

Tak ada gunanya menantang barisan berkuda jika mereka hanya semut. Karena setiap mahluk Allah diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dan para semut itu ridha dengan bagian mereka.

 

Demikianlah keteladanan dari semut-semut pada zaman Nabi Sulaiman. Ribuan tahun berlalu, namun kisah ini tak lapuk oleh waktu. Bahkan semut (An-Naml) dijadikan sebagai salah satu nama surat dalam Al-Quran.

 

Salam Hijrah.

 

Ustadz Arafat

Wednesday, July 26, 2023

LUPA ADALAH KARUNIA

 


Profesor James McGaugh adalah seorang pakar neurobiologi dari University of California yang fokus meneliti tentang kondisi pikiran yang disebut hyperthymesia. Orang yang mengalami fenomena ini akan memiliki ingatan yang terlalu berlebihan.

 

Salah satu dari mereka bernama Jake Hausler yang sekarang berusia 16 tahun. Ia mampu mengingat setiap hari dalam hidupnya sejak sepuluh tahun yang lalu!

 

Kedua orangtuanya merasa khawatir dengan kondisi tersebut. Kemampuan mengingat yang terlalu tinggi ini justru menjadi beban karena pikirannya menjadi tidak terkontrol dan sangat melelahkan. Orang tuanya berdiskusi kepada Prof. McGaugh bagaimana mengajarkan kepada putranya itu cara untuk lupa.

 

Ada pula seorang mahasiswa bernama Aurelien Hayman yang tidak bisa melupakan apapun yang terjadi dalam satu dekade terakhir hidupnya. Ia masih ingat siapa saja orang yang ia temui, apa yang ia makan, bahkan kapan rumahnya mati lampu, setiap harinya selama bertahun-tahun.


 

Kisah Aurelien inilah yang dijadikan film dokumenter berjudul The Boy Who Can't Forget.

 

Saudaraku, bersyukurlah apabila kita masih memiliki sifat sedikit lupa dalam hidup ini. Begitu pula saat pasangan kita lupa tanggal pernikahan, atau hari ulang tahun kita, tidak apa-apa berarti ia masih normal. Setidaknya kita tak perlu konsultasi kepada Prof. McGaugh.

 

Adanya sifat lupa ini juga menjadi penyebab kita banyak bertaubat kepada Allah, seperti disebut dalam Surat Al-Baqarah ayat 286,

 

رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا

 

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami apabila kami lupa atau kami bersalah."

 

Tidak kalah pentingnya, dengan dibantu sifat lupa ini kita menjadi mudah melupakan kesalahan orang lain, gampang melupakan dendam, dan melepas sakit hati.

 

Lupa adalah karunia. Alangkah anehnya jika manusia yang fitrahnya lupa justru berusaha keras mengingat-ingat dendamnya kepada orang lain. Atau mereka justru tidak mau melupakan dan memberi maaf kepada orang lain. Sudah bagus bisa lupa, kok malah memilih untuk diingat-ingat terus.

 

Tak beda dengan Iblis, yang selalu ingat dengan permusuhannya kepada Nabi Adam. Padahal kejadiannya sudah ribuan tahun lalu. Nabi Adam pun sudah berpulang ke Rahmatullah. Namun Iblis tetap saja memilih untuk tidak melupakan.



Ustadz Arafat