Al-Quran dalam surat Al-Qashash menceritakan tentang seorang multijutawan bernama Qarun yang hidup pada zaman Nabi Musa. Harta berlimpah yang ia miliki justru membuatnya lupa kepada Allah dan menentang kepada Nabi.
Tampak benar bahwa hikmah dari kisah ini
untuk mengingatka
n kepada kita agar berhati-hati terhadap harta. Ada kalanya
harta itu berbahaya karena membuat manusia lupa diri.
Namun Allah bersikap adil mengenai hal ini. Karena dalam surat yang lain, ada harta yang dikisahkan Al-Quran yang justru tidak berbahaya.
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا
"Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh."
Ayat 82 dari surat Al-Kahfi di atas merupakan episode ketika Nabi Khidir memperbaiki sebuah dinding karena di bawahnya tersimpan harta (kanzun). Ulama tafsir menjelaskan bahwa harta itu berupa emas dan perak. Apabila dikonversi dengan mata uang kita sekarang, mungkin nilainya milyaran rupiah.
Harta sebanyak itu peninggalan orang tua yang saleh, untuk kedua anak yatim mereka yang juga saleh. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa nama kedua anak itu adalah Ashram dan Sharim. Sedangkan yang dimaksud ayah yang saleh itu adalah kakek moyang yang berada tujuh keturunan di atas mereka.
Sampai di sini kita mendapat satu kesimpulan, bahwa orang saleh juga bisa meninggalkan harta bagi anak-anaknya, bahkan berlimpah. Perniagaan yang jujur, usaha yang halal dan dikelola oleh orang bertakwa, justru membuahkan hasil yang berkah dan mencukupi hingga tujuh keturunan.
Sebagaimana perbuatan sebelumnya, apa yang dilakukan Nabi Khidir selalu mengandung kebaikan. Beliau melubangi perahu, karena akan menjadi baik bagi pemiliknya. Beliau menutup usia seorang anak kecil, karena akan menjadi baik bagi orang tuanya.
Oleh karenanya ketika sang Nabi melindungi harta tersebut atas perintah Allah, tentu saja karena harta itu akan menjadi baik bagi kedua anak yatim yang saleh itu kelak.
Dari sini kita bisa mendapat kembali kesimpulan kedua bahwa tidak selamanya harta itu berbahaya. Ada pula jenis harta yang tidak berbahaya, bahkan menjadi kebaikan bagi pemiliknya. Ada harta yang menjadi wasilah seseorang semakin saleh di sisi Allah. Seperti harta dalam kisah di atas.
Mari kita ambil pelajaran terbaik dari kisah Qarun dan Nabi Khidir di atas yang sama-sama terjadi pada zaman Nabi Musa. Bahwa di dunia ini masih ada harta yang penuh kebaikan dan menjadi wasilah kesalehan. Harta itulah yang patut kita jemput, dengan niat mencari ridha Allah.
Tentu saja dengan jalan yang jujur dan halal, serta ditempuh dengan penuh ketakwaan. Sambil terus muhasabah jangan sampai harta itu berubah membuat kita lupa diri lantas menjadikan kita sebagai Qarun baru di zaman sekarang.
No comments:
Post a Comment