Monday, March 29, 2021

THE POWER OF STORY

 

Bernie adalah seorang pengusaha kaya dari negara bagian Suffolk, Inggris. Suatu hari di bulan November 2010 lelaki yang sudah cukup berumur itu mengalami perampokan di tengah jalan oleh empat orang pemuda berandalan.

 

Mereka memukuli Bernie hingga babak belur kemudian merampas jam tangan mewah miliknya. Rupanya para perampok itu mengenali bahwa jam tangan merk Hublot yang sedang ia kenakan itu memang sangat mahal, sekira 3,4 miliar rupiah.


 

Setelah peristiwa tersebut, Bernie meminta bantuan seorang rekannya untuk memfoto dirinya semata-mata agar ia bisa menceritakan peristiwa yang baru menimpanya langsung kepada CEO Hublot. Sebagai sesama pengusaha, mereka berdua sudah lama saling mengenal.

 

Maka Bernie mengirimkan foto yang menunjukkan wajahnya penuh luka lebam sambil menuliskan pesan, See what people will do for a Hublot.

 

"Lihatlah apa yang orang-orang lakukan demi memiliki Hublot."

 

Ketika melihat foto tersebut dan membaca pesan spontan ditulisnya, sang CEO justru mendapatkan ide untuk menjadikan momentum itu sebagai kesempatan beriklan. Bernie pun setuju dengan ide yang tidak masuk akal tersebut.

 

Maka jadilah Hublot memuat sebuah konten promosi yang baru dengan wajah Bernie sebagai visualnya, dan kalimat tersebut menjadi tagline iklannya.

 

See what people will do for a Hublot.

 

Tak disangka, iklan tersebut sangat menarik perhatian orang-orang dan membuahkan penjualan Hublot yang meledak di pasaran. Demikianlah kisah bagaimana sebuah musibah menjadi anugerah, dan bencana menjadi berguna.

 

Dari kisah tersebut kita dapat menarik kesimpulan, bahwa orang-orang dari belahan dunia manapun menyukai cerita. Mereka berbondong-bondong membeli Hublot bukan karena produknya, namun karena cerita di baliknya.

 

Oleh karena itu bagi kita para pedagang, cobalah menggali cerita di balik produk tersebut yang unik dan menarik. Orang-orang akan lebih mudah mengingat produk kita karena ada ceritanya.

 

Begitu pula bagi para orang tua yang hendak mengajarkan budi pekerti kepada anak-anak, awali terlebih dahulu dengan cerita. Anak pasti lebih tertarik dan gampang mencerna bila ada ceritanya. Bukankah Al-Quran telah perintahkan kita untuk bercerita,

 

فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

 

"Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka (lebih mudah) memikirkannya."

 

(Surat Al-A'raf: 176)

 

Mungkin itulah sebabnya dalam ilmu komunikasi manusia disebut sebagai homo narrans yang artinya, manusia adalah makhluk pencerita. Karena kita semua senang membuat dan mendengar cerita.

 

Salam Hijrah

Saturday, March 27, 2021

PEMBURU TERAKHIR

 


Seorang psikolog dari Claremont Graduate University yang terletak di negara bagian California, Amerika Serikat mengatakan bahwa dongeng merupakan salah satu komponen pendukung yang penting bagi perkembangan anak.

 

Ahli yang bernama Paul J Zak, Ph.D itu menyebutkan kesimpulan tersebut dalam tulisannya yang berjudul How Stories Change The Brain. Betapa dongeng dapat menginspirasi, menggerakkan, mengubah sikap, opini, perilaku, hingga menjadikan otak lebih baik.

 

Uniknya, beberapa ahli lain juga meneliti bahwa karakter masyarakat di sebuah negara juga mendapat pengaruh dari jenis-jenis dongeng yang sering dibawakan di negara tersebut.

 

Misalnya beberapa negara yang lebih banyak menyimpan cerita rakyat tentang keberanian dan kecerdasan, biasanya masyarakatnya juga memiliki etos kerja yang bagus. Sedangkan negara lain yang cerita rakyatnya seputar kelicikan sang tokoh utama, tak heran banyak angka korupsi di negara tersebut.

 

Meskipun kesimpulan ini belum tentu benar, tapi tak ada salahnya kita mulai mengurangi cerita kancil yang licik untuk digantikan dengan kisah hewan-hewan lain yang mengajarkan tentang kegigihan dan kedisiplinan. Misalnya legenda dua elang berikut ini.

 

Tersebutlah dua ekor elang laut yang tinggal di bukit. Mereka berdua adalah pemburu ikan yang hebat. Apabila melihat mangsa di laut, mereka akan terbang dengan cepat dari atas bukit lalu menyergap mangsanya tersebut bagaikan kilat.

 

Suatu hari mereka melihat seorang nelayan berjalan membawa ikan segar. Salah satu elang bertanya padanya,

 

"Mau dibawa kemana ikan itu?"

 

"Akan kujual ke pasar, untuk kubelikan sehelai bulu elang sehingga bisa kusimpan untuk membuat mantel nantinya."

 

Mendengar jawaban tersebut, elang itu memberi penawaran, "Bagaimana kalau kuberikan satu helai bulu di tubuhku, ditukar dengan ikan itu? Jadi kau tak perlu ke pasar, aku pun tak perlu berburu."

 

Sang nelayan setuju dengan pertukaran tersebut. Maka jadilah elang itu mendapat ikan tanpa susah payah.

 

Keesokan harinya nelayan tersebut melewati tempat yang sama, dan elang itu menawarkan lagi pertukaran seperti kemarin. Begitulah seterusnya hingga berjalan beberapa hari.

 

Seekor elang yang satu lagi berusaha mengingatkan agar temannya itu menghentikan kebiasaannya, dan mulailah melakukan perburuan kembali untuk mencari makan. Namun ia tak mendengarkan. Hidupnya sudah terlanjur nyaman dan santai.

 

Bulan demi bulan berlalu, elang tersebut semakin malas karena makanan kini terlalu mudah didapat. Tanpa ia sadari, bulunya habis sedikit demi sedikit. Ia tak bisa terbang lagi dan ketika musim dingin tiba, ia mati kedinginan. Kini hanya tinggal satu ekor elang yang bertahan, dialah yang masih berburu setiap harinya untuk makan.

 

Pesan dari legenda ini cukup jelas, bahwa apa yang terlalu mudah untuk didapatkan, tidak membuat kita lebih baik. Sedikit berjuang lebih keras tidak apa-apa, karena ini yang membuat kita bertahan dan menjadi semakin baik.

 

Salam Hijrah

Friday, March 26, 2021

GUNTING GENETIKA

 


Tahun 2020 tidak selamanya berkisar tentang pandemi virus Corona. Ternyata ada pula sebuah kisah keberhasilan yang layak untuk diceritakan. Yaitu tentang perjuangan dua ilmuwan perempuan dalam bidang Kimia, yang berhasil meraih hadiah Nobel.

 

Adalah Prof. Emmanuelle dari Jerman dan Prof. Jennifer dari Amerika yang sukses menemukan metode yang disebut gunting genetika (generic scissors) dan telah diaplikasikan dalam dunia ilmu pengetahuan selama delapan tahun.

 

Metode yang diberi nama Crispr-Cas9 itu adalah cara untuk membuat perubahan spesifik dan presisi pada DNA yang berada dalam sel hidup.

 

Penemuan ini kelak akan digunakan terutama untuk mengobati penyakit turunan atau penyakit lainnya yang diakibatkan oleh kerusakan gen, misalnya kanker. Juga untuk penyembuhan anemia jenis tertentu dan thalasemia.

 

Hal menarik dari kisah tersebut, ternyata inovasi itu diperoleh secara tidak sengaja. Awalnya kedua profesor itu melakukan penelitian terhadap bakteri Streptococcus pyogenes.

 

Namun di tengah percobaan, mereka mendapati sebuah molekul tracrRNA yang belum pernah diketahui sebelumnya. Singkat cerita penemuan ini lantas ditindaklanjuti lebih jauh hingga akhirnya melahirkan sebuah ide cemerlang yang kemudian diberi nama "gunting genetika".

 

Membaca kisah ini, kita mengerti bahwa hal-hal istimewa terkadang memang datang tidak sengaja. Namun jangan lupa, perbuatan yang mendahuluinya dilakukan dengan sengaja.

 

"Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkannya."

 

(Surat At-Thalaq: 3)

 

Apa yang datangnya dari arah yang tidak disangka-sangka bukan berarti tiba-tiba datang begitu saja meski kita sedang tidak melakukan apa-apa.

 

Seperti seseorang yang sedang menggali sumur untuk mencari air, ternyata setelah semakin dalam ia gali tak disangka keluar minyak dari sumur tersebut.

 

Bergeraklah terlebih dulu, kerjakan sesuatu, dan kejarlah target. Boleh jadi nanti di tengah perjalanan akan datang hal istimewa yang tidak disangka-sangka.

 

Salam Hijrah.