Thursday, October 17, 2019

PERANAN YUSYA' MASA KINI

Ada satu orang pemuda yang berjasa mengantarkan Nabi Musa ke tempat tujuannya, beliau bernama Yusya' yang sekaligus murid sang Nabi.

 

Pemuda ini disebut-sebut dalam surat Al-Kahfi ayat 60 hingga 65. Beliau adalah laki-laki yang setia menemani Nabi Musa saat perjalanan menemui Nabi Khidir.

 

Melalui Yusya' inilah Nabi Musa mengetahui ke arah mana jalan yang seharusnya ia tempuh, karena Yusya' melihat seekor ikan yang bertingkah ajaib di suatu tempat, sedangkan Nabi Musa sendiri justru tidak melihatnya. Rupanya Allah memang menghendaki saat itu Yusya' mengambil peran sebagai penunjuk jalan.

 

Bila direfleksikan pada zaman kita sekarang, posisi Yusya' seolah-olah seperti asisten pribadi dari seorang ulama yang tugasnya mengendarai kendaraan sekaligus menemani sang ulama tersebut sampai ke tujuannya.

 

Peranan panitia dari suatu acara-acara pengajian yang mengundang para ulama juga nyaris menyerupai Yusya' dalam hal menunjukkan tempat yang tepat ke mana sang ulama harus datang.

 

Sebab tidaklah mungkin seorang ulama tahu di mana saja orang-orang yang menghendaki kehadirannya, kecuali jika ada pihak lain yang lebih dahulu menghubungi dan menerangkan di manakah tempat mereka berada.

 

Bahkan tidak jarang, panitia sudah menyiapkan driver yang siap mengantar jemput sang ulama dan menemaninya selama perjalanan. Tak disangsikan lagi, bahwa peran inilah yang dulu diemban Yusya' kepada Nabi Musa.

 

Jadi tak usah berkecil hati bagi kita yang aktif dalam kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, yang kerap kali menghadirkan para ulama ke wilayah kita, karena peran serta seperti ini adalah mulia, dan diabadikan oleh Al-Quran dalam bentuk cerita.

 

Bahkan di kemudian hari, Yusya' diberi kedudukan mulia oleh Allah karena beliau diangkat menjadi Nabi. Tersebut dalam hadist bahwa salah satu mukjizat Nabi Yusya' ini adalah menahan pergerakan matahari.

 

إنَّ الشَّمسَ لم تُحبَسُ إلَّا ليوشعَ بنِ نونٍ لَياليَ سارَ إلى بيتِ المقدسِ

 

"Sesungguhnya matahari belum pernah ditahan untuk seorang manusia, kecuali untuk Yusya' bin Nun pada malam beliau menuju Baitul Maqdis."

 

(Hadist Riwayat Ahmad)

 

Jika seorang yang berkhidmat membantu Nabi bisa menjadi Nabi, tentu bisa pula orang-orang biasa seperti kita diberikan ilmu oleh Allah jika kita mau berkhidmat membantu para ulama.

 

Salam Hijrah.

Tuesday, October 15, 2019

PESAN PENTING DARI NABI YA'QUB

 

Suatu malam Nabi Yusuf mendapat nikmat yang luar biasa dari Allah. Yaitu diberikannya mimpi yang istimewa, di mana Nabi Yusuf melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan bersujud menghormati beliau.


 

Keesokan harinya Nabi Yusuf yang saat itu masih berusia belia menceritakan kenikmatan ini kepada sang ayah, yang tidak lain adalah Nabi Ya'qub.

 

Ayahnya mengerti makna dari mimpi tersebut, namun ia berpesan agar Nabi Yusuf jangan menceritakan nikmat tersebut kepada siapapun. Al-Quran menceritakan kembali kisah ini dalam Surat Yusuf ayat kelima,

 

قَالَ يَا بُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَىٰ إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا لَكَ كَيْدًا ۖ إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوٌّ مُبِينٌ

 

Ayahnya berkata, "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, mereka nanti bisa membuat makar (untuk membinasakan)mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia."

 

Anjuran Nabi Ya'qub kepada putranya ini mengandung pelajaran bahwa tidak semua nikmat Allah yang kita terima pantas untuk ditunjukkan kepada orang lain.

 

Memang ada kalanya kenikmatan itu bagus untuk diberitakan kepada para tetangga, sebagai bentuk syukur kita atas pemberian Allah tersebut.

 

Misalnya, saat sepasang suami istri mengundang tetangganya untuk acara walimatul aqiqah sebagai ungkapan syukur karena Allah berikan kepada mereka buah hati. Hal yang demikian jelas baik sekali.

 

Namun ada kalanya sebuah kenikmatan cukuplah kita simpan rapat-rapat. Misalnya ketika kita diberikan nikmat bisa mendirikan qiyamul lail, apa perlunya kita posting status untuk mengabarkan kepada khalayak ramai bahwa kita sudah terjaga pada jam tersebut?

 

Rasulullah justru berwasiat bahwa sikap merahasiakan nikmat Allah bisa menjadi hal yang menolong agar doa-doa kita dikabulkan oleh Allah.

 

استَعِيْنُوا عَلَى إِنْجَاحِ الْحَوَائِجِ بِالْكِتْمَانِ

 

“Mintalah pertolongan pada Allah agar keinginanmu diterima, dengan cara menyembunyikan (kenikmatan)."

 

(Hadist Riwayat At-Thabrani)

 

Jadi memang tidak semua nikmat perlu kita syiarkan. Bijaksanalah dalam mengabarkan kenikmatan. Karena beberapa nikmat tersebut justru terasa semakin indah bila tetap menjadi rahasia antara kita dengan Allah saja.

 

 

Salam Hijrah.

 



Monday, October 14, 2019

AGAR ANAK-ANAK NEGERI RUKUN DAN DAMAI

Sebuah foto yang menggambarkan tentang serigala yang
sedang melompat pagar berhasil memenangkan lomba fotografi alam liar yang diadakan The Natural History Museum London, mengalahkan 43 ribu foto lain yang diterima panitia.

 

Jose Louis Rodriguez sang fotografer memberi judul hasil karyanya dengan nama "The Strorybook Wolf" dan berhak menerima hadiah sejumlah uang.

 

Namun beberapa waktu kemudian, dewan juri membatalkan keputusan itu dan menarik kembali uang yang telah diberikan. Pasalnya, serigala dalam foto tersebut terindikasi sebagai serigala jinak yang memang terlatih untuk melompat, bukan merupakan serigala liar.

 

Jose mendapat diskualifikasi karena perbuatannya termasuk sandiwara dan rekayasa. Berita ini cukup viral pada awal tahun 2010 di Inggris.

 

Ngomong-ngomong soal serigala, membuka kembali ingatan kita pada zaman tabi’in. Ketika seorang penggembala melihat serigala dan domba hidup rukun di hamparan rumput bebas. Ia kemudian bertanya kepada Al-Imam Malik bin Dinar,

 

"Wahai Tuan, siapakah orang yang duduk di kursi kepemimpinan hari ini?"

 

"Memangnya ada apa engkau bertanya seperti itu?"

 

"Aku melihat hari ini para serigala tak ada yang menerkam domba. Mereka justru hidup bersama. Maka aku yakin hal ini karena berdirinya seorang pemimpin yang adil."

 

"Engkau benar! Hari ini baru saja dilantik Khalifah Umar bin Abdul Aziz menjadi pemimpin negeri ini!"

 

Demikianlah bagaimana rahmat Allah turun dengan sebab keadilan seorang pemimpin. Sehingga Allah jadikan manusia bahkan hewan satu sama lain dalam keadaan berkasih sayang.

 

Tiga tahun setelah peristiwa tersebut, suatu malam Al-Imam Malik bin Dinar melihat seekor serigala tetiba menyerang para domba. Beliau pun bertanya-tanya ada apa gerangan.

 

Tak lama kemudian tersiarlah kabar bahwa Khalifah Umar bin Abdul Aziz baru saja meninggal dunia. Mengertilah beliau bahwa apabila sebuah negeri tak lagi dipimpin oleh seorang mukmin yang adil, maka penduduk negeri tersebut bahkan hewan akan kehilangan rasa berkasih sayang.

 

Tersebut dalam hadist riwayat At-Tirmidzi bahwa para pemimpin yang tidak jujur serta pandai bersandiwara dan rekayasa, adalah orang yang paling jauh dari Allah. Jika Allah jauh darinya, maka bagaimana mungkin negeri itu akan diberi-Nya kesejahteraan?

 

إِنَّ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ عَادِلٌ وَأَبْغَضَ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ وَأَبْعَدَهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ جَائِرٌ

 

“Sesungguhnya manusia yang paling dicintai oleh Allah pada hari kiamat dan paling dekat kedudukannya di sisi Allah adalah seorang pemimpin yang adil. Sedangkan orang yang paling dibenci oleh Allah dan paling jauh kedudukannya dari Allah adalah seorang pemimpin yang zalim.”

 

Oleh karena itu, jangan pernah jenuh memohon kepada Allah agar seluruh negeri muslim di dunia ini diberikan pemimpin yang jujur dan adil. Sehingga kaum muslimin dapat hidup saling berkasih sayang.

 

Salam Hijrah.